Antara Patah Hati, Rambut, dan Gangguan pada Jantung



a. Patah Hati Sebabkan Jantung Berhenti

London (ANTARA News) - Para ilmuwan menemukan penolakan dalam urusan cinta dan penderitaan psikologis lain tidak hanya menyakitkan, tetapi juga membuat jantung kita berhenti sesaat.

Penelitian menunjukkan otak menggunakan beberapa area untuk memproses penderitaan fisik dan emosional. Jadi, dicampakkan seseorang tak hanya membuat kecewa secara mental, juga bisa mengecewakan tubuh anda.

Efeknya pada sistem saraf menjelaskan kenapa beberapa dari kita tak bisa makan atau tidur setelah putus. Dan, semakin banyak penolakan yang kita rasakan, semakin rendah denyut jantung. Penelitian itu dilakukan oleh para peneliti di Universitas Amsterdam dan Universitas Leiden di Belanda.

Penelitian itu dipublikasikan dalam "Psychological Science," jurnal dari "Association for Psychological Science," seperti dikutip Daily Mail.

Untuk menguji teori, peneliti meminta sekelompok relawan ambil bagian dalam eksperimen, tanpa diketahui mereka. Mengetes denyut jantung mereka saat ditolak oleh yang lain. Pertama para peserta diminta mengirim foto mereka.

Mereka diberitahu penelitian itu untuk mempelajari kesan pertama. Para siswa melihat foto untuk memutuskan apakah mereka menyukai relawan. Ini hanya cerita palsu untuk uji coba yang sebenarnya.

Setiap relawan dipasangi kabel elektrokardiogram (EKG) pada dada mereka. Mereka diperlihatkan wajah seseorang pada layar dan kemudian diminta untuk menebak apakah siswa itu menyukai mereka.

Denyut jantung setiap partisipan turun dalam mengantisipasi sebelum mereka mengetahui pendapat orang mengenai mereka yang sebenarnya. Saat mereka diberitahu siswa lain tidak menyukai mereka, denyut jantung menurun tajam, dan melambat untuk kembali ke denyut biasa

"Penolakan sosial yang tak diharapkan bisa benar-benar merasa 'menyayat hati,' seperti tercermin dengan denyut jantung melambat sementara," kata peneliti.


b. Rambut dapat menjadi indikator serangan jantung

Ottawa (ANTARA News) - Hormon stres "cortisol" pada rambut mungkin menjadi peramal kuat akan datangnya serangan jantung dalam hitungan bulan , kata beberapa peneliti Kanada di jurnal "Stress".

Masalah seperti pekerjaan, rumah tangga atau keuangan, berkaitan dengan peningkatan risiko serangan penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk serangan jantung.

Namun, hingga kini belum ada penanda biologi yang bisa mengukur stres kronis -- termasuk siapa yang menghadapi risiko paling besar untuk mengalami serangan jantung.

"Secara tradisional, cortisol ada pada serum, urin dan air ludah. Semua matriks ini mengukur tingkat cortisol pada jam-jam dan hari-hari terakhir, sehingga, tak mencerminkan reaksi stres untuk waktu yang panjang," kata para penulis studi itu --Stan Van Uum dan Gideon Koren dari University of Western Ontario.

Namun, "cortisol" juga ada di batang rambut.

Secara rata-rata, rambut tumbuh satu centimeter setiap bulan, jadi dengan mengukur helai rambut sepanjang enam-centimeter, mungkin saja untuk memastikan tingkat stres untuk waktu yang lama.

Para peneliti tersebut mengkaji contoh rambut dari 56 pria yang datang untuk memeriksakan serangan jantung di Meir Medical Centre di Kfar-Saba, Israel, dan membandingkan contoh rambut dari 56 pria yang dirawat di rumah sakit untuk memeriksa jaringan kesehatan non-kardiovaskular.

Pasien serangan jantung didapati memiliki tingkat "cortisol" yang lebih tinggi pada rambut mereka.

Dan setelah memperhitungkan faktor risiko seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kebiasaan merokok dan sejarah keluarga mengenai penyaki pembuluh darah dan jantung, "kandungan `cortisol` rambut muncul sebagai peramal paling kuat mengenai "acute myocardial infarction"", demikian kesimpunan studi itu.

"Acute myocardial infarction" (AMI), yang secara umum dikenal sebagai serangan jantung, adalah gangguan pasokan darah ke sebagian bagian jantung, sehingga sel jantung mati.



Ref:
- http://www.antaranews.com
- http://www.antaranews.com



Ditulis Oleh : Wahyu Winoto, S.Pd. Hari: 5:35:00 PM Kategori:

0 komentar: