Terbukti; Orang Lanjut Usia Lebih Bijak

Para orang lanjut usia benar selama ini, kata para ilmuwan. Kamu akan lebih bijaksana ketika kamu menjadi tua.

Menurut penelitian mereka, walaupun otak menjadi lebih pelan kinerjanya seiring dengan usia, hal ini membantu para lansia baik pria maupun wanita mengembangkan pengertian yang dalam.

Alasan di balik ini yaitu bahwa tidak seperti orang muda, otak lansia tidak dikontrol oleh kimia yang merangsang emosi dan impuls. Oleh sebab itu, respon mereka yang lebih lambat benar-benar lebih tenggang hati dan bijak.

Untuk penelitian mereka, para ilmuwan melihat hasil pemindaian otak 3.000 warga California berumur antara 60 hingga 100 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa kehilangan waktu reaksi mereka ditutupi dengan pengambilan keputusan yang lebih baik.



Profesor Dilip Jeste dari Universitas California di San Diego mengatakan bahwa para lansia lebih kurang terpengaruhi oleh dopamin yang membantu sinyal-sinyal melewati neuron-neuron dan yang termasuk dalam sistem penghargaan otak.

"Fakta bahwa para lansia lebih lambat dalam merespon dari pada orang muda dilihat sebagai sebuah keuntungan. Tapi itu bukan selamanya kasusnya.

Otak lansia lebih kurang ketergantungannya pada dopamin yang membuat orang lebih kurang impulsif dan kurang terkontrol oleh emosi.

Para lansia juga lebih kurang kecenderungannya untuk merespon tanpa berpikir pada rangsangan emosi negatif karena otak mereka telah menjadi pelan dibandingkan dengan orang muda.

Hal ini dalam kenyataannya merupakan hal yang kita sebut kebijaksanaan," kata Profesor Dilip Jeste pada Kongres Internasional Psikiater Royal College di Edinburgh.

"Pemindaian otak telah mengidentifikasi empat bagian otak yang memberikan kontribusi pada kebijaksanaan. Para lansia memiliki aktifitas lebih pada bagian-bagian tersebut ketimbang dengan orang muda yang menyebabkan mereka memiliki penilaian yang lebih bijak," tambahnya.

Pemindaian juga menunjukkan bahwa otak tidak pernah kehilangan kemampuan untuk berkembang yang berarti para kakek dan nenek tidak memiliki alasan untuk tidak belajar keahlian baru.


(Ref: www.psychologicalscience.org/journals)



Ditulis Oleh : Wahyu Winoto, S.Pd. Hari: 11:41:00 PM Kategori:

0 komentar: