Pro-Kontra Pidato Kenegaraan SBY Tahun 2010




Pidato kenegaraan pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam masa bhakti Kabinet Indonesia Bersatu II ini juga mengklaim keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan perubahan demokrasi yang fundamental.


a. SBY: "Indonesia diam-diam sedang berevolusi"

"Dalam periode itu, kita juga telah melaksanakan proses desentralisasi yang sangat ekstensif. Kita juga menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung di seluruh Indonesia," kata SBY di hadapan seluruh anggota DPD dan DPR RI di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin 16 Agustus 2010.

SBY mengatakan, kini, seluruh Gubernur, Bupati, Walikota di Indonesia telah dipilih langsung oleh rakyat. Hasilnya, peta politik Indonesia telah berubah secara fundamental.

"Pelaksanaan demokrasi langsung ini mengubah banyak hal. Kini, rakyatlah yang berdaulat, bukan lagi sekelompok orang yang mengatasnamakan rakyat," ucap SBY.

Yang menakjubkan, SBY melanjutkan, proses politik yang sangat rumit ini berlangsung dalam waktu relatif singkat. Proses ini berlangsung tanpa menimbulkan gejolak atau guncangan sosial yang serius, kecuali pada periode awalnya.

Dalam pidatonya, SBY juga mengakui bahwa tanpa disadari, proses ini telah mengubah secara mendasar praktik demokrasi di negeri ini. Kini, Indonesia dikenal sebagai negeri demokrasi terbesar ketiga setelah India dan Amerika Serikat.

"Tidak mengejutkan bila ada yang mengatakan bahwa ini sesungguhnya adalah revolusi diam-diam, atau the quiet revolution," ucap SBY.

Periode yang disebut SBY adalah dalam sepuluh tahun pertama reformasi. Pemerintah juga mengklaim telah melangkah jauh dalam melakukan transisi demokrasi.

Menurut SBY, bangsa Indonesia telah membongkar dan membangun, telah melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi terhadap tatanan dasar dalam kehidupan politik, sosial, hukum, dan ekonomi. "Kita telah melakukan tiga pemilu yang jujur dan adil," jelas SBY.


b. PDIP: "Pidato Presiden Hanya Retorika"

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menilai pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hanya penuh dengan pencitraan belaka dan tak mementingkan persoalan aktual yang dihadapi bangsa. Termasuk upaya pemberantasan korupsi hingga rekening gendut milik para jenderal polisi.

Pidato SBY juga dinilai tak menyampaikan kondisi riil masyarakat, seperti harga bahan kebutuhan pokok yang melejit. "Yang dikatakan presiden retorika, tidak jelas arah dan strateginya," kata Ketua Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga DPP PDIP Puan Maharani di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (16/8).

Dalam pidatonya, kepala Negara menyinggung sejumlah masalah di antaranya reformasi yang dijalankan sebenarnya adalah revolusi diam-diam yang sukses dilakukan. Disebutkan juga berdasarkan hasil sensus jumlah penduduk saat ini 237,6 juta jiwa bertambah 32,5 juta dari 2000. Presiden juga mencemaskan pilkada.


(Ref: VivaNews)



Ditulis Oleh : Wahyu Winoto, S.Pd. Hari: 2:31:00 AM Kategori:

0 komentar: