Sori, Vuvuzela dari Minahasa (Lebih Bagus dari Vuvuzela di Afrika Selatan !!!)

Alat musik bambu minahasa purba berbentuk tiga ruas bambu dengan panjang yang berbeda sekitar 8 cm yang di ikat menjadi satu. Alat musik ini terbuat dari Bulu Tui ( Bambu Kecil ) yang menghasilkan 3 jenis nada yang gunanya untuk memanggil burung Manguni di malam hari.



- Sejarah Musik Bambu Minahasa

Pada perkembangannya alat musik bambu di Minahasa tsb kemudian berkembang menjadi Suling Bambu dengan jumlah not dari 3 sampai 5 not dengan satu lobang untuk meniup, tapi letak lobang tidak beraturan sehingga suling ini hanya di pergunakan oleh para petani yang menjaga ladang yang letaknya jauh dari kampung.

Musik Bambu mulai banyak dimainkan oleh masyarakat kristen protestan pertama yaitu sekitar tahun 1789 yaitu masyarakat Borgo yang ditempatkan di Manado, Tanawangko, Belang, Kema, Likupang dan Amurang.

Dengan demikian Musik Bambu terbentuk pertama kali tahun 1840-an yang berbentuk Orkes Musik Suling, kemudian terpengaruh dengan dengan musik corps militer Belanda. Pada tahun 1870 meniup suling bambu menjadi salah satu mata pelajaran sol-mi-sa-si untuk belajar lagu-lagu Gereja. Sehingga setelah tahun 1900 sudah ada alat musik musik bambu yang berfungsi sebagai Bass dan Tuba (Piston) yang dikenal dengan nama Musik Bambu Melulu.

Pada tahun 1950-an selain suling kecil, suling sedang, korno, tuba, oferton (trombon), bass, tambur, Snar (gendrang ), simbal, kapuraca kemudian ditambah lagi Klarinet dan Saxophon dari bambu buatan sendiri. Pada akhirnya Musik Bambu berkembang menjadi salah satu tradisional bergengsi yaitu dengan mengiringi lagu untuk menghormati Tamu Agung, Perkawinan, Upacara Adat dan Upacara lainnya.

Pada Tahun 1970-an bahan baku dari perlatan musik bambu seperti Klarinet, Saxophon, Tuba, Oferton, bass di ganti dari seng aluminium dengan bahan kuningan dan dikenal pada saat ini dengan nama Musik Bambu Seng Klarinet (MBSK), lalu kemudian pada tahun 1990 memakai bahan steinlees ( Vernekel ).

Jumlah pemain dalam satu Group ( Tumpukan ) adalah sekitar 30-60 orang pemain yang dipimpin oleh Pemimpin Musik Bambu disebut Tukang Palu (Konduktor), yaitu yang terdiri dari :
● Tukang Palu ( Konduktor)
● Pemain depan Terdiri dari : Suling Kecil, Suling Sedang, Klarinet dan Saxophon
● Pemain tengah yaitu Pemain Korno terdiri dari Korno C (do), Korno D (re), Korno E (mi), Korno G (sol), Korno A (la) Korno B (si) Korno C" ( do tinggi ).
● Pemain Belakang terdiri dari : Tuba, Oferton, kapuraca, Bass, Tambur, snar, dan simbal.

Musik Bambu hanya dapat memainkan lagu dalam 1 (satu) tangga nada, misalnya kunci "C" ( C=1=do) atau kunci "D" (D=1=do). tapi karena musik bambu Minahasa bertangga nada Diatonis maka musik inipun bisa memainkan segala jenis lagu seperti Lagu Tradisional Daerah, Lagu Gerejani, Lagu perjuangan, lll. Musik Bambu juga dapat memainkan jenis lagu misalnya: Mars, Waltz, Tango, Rumba, Cha Cha dan lainnya.

- Rekor MURI



Dalam rangka Festival Seni Budaya Sulawesi, Panitia Festival Seni Budaya Sulawesi Utara bekerjasama dengan Bp. Benny J. Mamoto, RM Luntungan (Bupati), Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan dan Management Megamas berhasil membuat Terompet Terbesar, Salah satu alat Musik Bambu Seng Klarinet ( Bass ) dengan ukuran panjang 32 meter, Diameter 5,20 meter dan Keliling Lingkaran 6,80 meter. Terompet tsb dikerjakan oleh 16 orang selama 30 hari. Adapun acara penyerahan sertifikat MURI berlangsung di Grand Candi Hotel Semarang pada tanggal 30 Januari 2007 oleh Bp. Jaya Suprana.


(Ref: metuarimaesa.blogspot.com)



Ditulis Oleh : Wahyu Winoto, S.Pd. Hari: 6:12:00 PM Kategori:

0 komentar: