Letusan Gunung Berapi Ternyata dapat Mengurangi Global Warming

Letusan Merapi dapat Meningkatkan Curah Hujan dan dapat Mengurangi Efek Global Warming

Para ilmuwan mempelajari lingkaran pada pohon untuk memperagakan ulang masa lalu bahwa sebagian besar letusan vulkanik dapat meningkatkan curah hujan di Asia Tenggara sehingga membalikkan persepsi umum bahwa gunung berapi sebagai bencana penghancuran.
(Untuk memperjelas konsep tentang hujan silahkan baca juga artikel Hujan - Menurut Science and Islam).

Sejumlah penelitian pada masa lalu telah memperlihatkan letusan dahsyat yang dialami oleh Gunung Tambora pada 1815 dan Krakatau pada 1883, yang keduanya berada di Indonesia, telah menurunkan suhu udara dunia dan melenyapkan pepohonan.

Para peneliti di Pusat Pengamatan Bumi Lamont-Doherty di Universitas Columbia di Amerika Serikat ingin meneliti beberapa dampak pada musim di Asia karena hujan merupakan hal yang penting bagi tumbuhan dan kehidupan miliaran manusia.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam edisi jurnal Geophysical Research Letters, upaya tunggal untuk mengetahuinya adalah dengan merunut ke masa lalu.

Mereka mempelajari pertumbuhan lingkaran pepohonan yang umurnya beberapa abad dari sekitar 300 kawasan di penjuru Asia.

Mereka meneliti sejumlah dampak pada curah hujan dari sekitar 54 letusan pada 800 tahun lalu dengan mengukur pengaruh pertumbuhan pepohonan.

Pertumbuhan lingkaran yang kecil dan tipis menunjukkan curah hujan yang kecil dan jika hal itu sebaliknya maka menunjukkan curah hujan yang besar.

Lingkaran pohon menunjukkan di kawasan besar China selatan, Mongolia, dan daerah sekitarnya secara tetap masih kering dalam satu atau dua tahun setelah letusan besar gunung berapi, sementara daratan Asia Tenggara mendapatkan curah hujan lebih banyak.



Letusan gunung berapi menyebarkan kandungan belerang yang berubah menjadi partikel sulfat mikroskopis di atmosfir yang tinggi sehingga membiaskan cahaya matahari yang mempengaruhi pendinginan suhu udara di bumi dapat bertahan selama beberapa bulan ataupun tahun.

Penyiaran penelitian tersebut hadir di saat serangkaian letusan gunung Merapi di Pulau Jawa, Indonesia, meletus kembali pada Jumat dengan jumlah korban hampir mencapai 100 orang.

"Letusan tersebut, walaupun besar, belum dapat mempengaruhi suhu dunia," ujar sebuah keterangan media penelitian tersebut.


Kaitannya El Nino

Sejumlah temuan, kata para peneliti, dapat membantu memperbaiki beberapa peraga berikutnya yang digunakan oleh para ilmuwan yang mencoba memahami seberapa jauh dampak global dari perubahan iklim dan pengaruh besar lainnya.

Sebagai contoh, mereka menjelaskan, mungkin terdapat kaitan erat antara dampak letusan dan fenomena cuaca El Nino serta La Nina, yang memicu kemarau atau banjir di beberapa bagian Asia dan Australia.

Peristiwa cuaca El Nino atau La Nina yang kuat dapat menangkal dampak letusan, mengurangi pengeringannya dan memberikan efek yang melembabkan atau sebaliknya, yang dalam kondisi tertentu, hal itu dapat memperburuk dampak yang menimbulkan bencana banjir atau kemarau yang parah.

Para ilmuwan juga mengatakan, penelitian mereka berguna sebagai peringatan atas kemungkinan dampak yang tidak disengaja mengenai rencana besar perbaikan bumi untuk mengurangi perubahan iklim, dengan membangun gunung berapi buatan yang bertujuan untuk mendinginkan suhu dengan memompa partikel sulfat ke atmosfir tertinggi.

Ref: kompas.com



Ditulis Oleh : Wahyu Winoto, S.Pd. Hari: 1:01:00 PM Kategori:

0 komentar: