Bahaya Cerita Sebelum Tidur pada Anak

Kamu tentu pernah mendengar cerita Si Kancil yang Cerdik bukan?

Dalam cerita tersebut dikisahkan Si Kancil yang sangat piwai memperdayai berbagai binatang lainnya dengan segala macam trik, yang terkadang juga licik, dan selalu saja dalam banyak kisah Si Kancil selalu menjadi pemenang.

cerita kancil yang cerdik
Cerita ini bisa terasa begitu serunya saat kita masih kecil. Saya termasuk salah satu yang kadang mendengar kisah Si Kancil. Entah dari mana dulu guru SD saya mendapatkan inspirasi cerita itu.

Kemudian....

Menurut beberapa penelitian dari para ahli, kita tahu bahwa saat menjelang tidur, seseorang baik kecil ataupun dewasa, mengalami proses dari penurunan gelombang otak dari Beta, Alpha, Theta hingga Delta.

Proses dari kondisi "sadar" hingga sudah "tidak sadar". Berarti ada posisi peralihan beberapa saat menjelang "tidak sadar". Sedang pada posisi Alpha dan Tetha, maka seseorang akan jauh lebih mudah menyerap sebuah informasi, baik berupa cerita, afirmasi, nasehat, dll.

Pada kondisi ini, terjadi by pass dari panca indera ke fikiran. Namun, setelah posisi Tetha Dalam, merupakan posisi menjelang Delta. Dimana, saat ini seluruh panca indera juga akan beristirahat. Tidak ada informasi yang bisa diserap dan diteruskan ke fikiran. Hal tersebut, akan menjadi pembatas, saat kapan informasi masih mengalir dan akan terhenti. Selain itu juga, pada posisi Alpha dan Tetha ini, informasi akan langsung masuk kedalam memory dalam. Yang secara otomatis (bawah sadar) akan berpengaruh dalam kehidupan. Kita masih ingat peranan fikiran bawah sadar, memiliki 88% pengaruh.

Sekarang, kita kembali pada kisah Si Kancil, dan simak ilustrasi berikut ini:

(Seseorang menceritakan kisah Si Kancil pada anaknya sebelum tidur), misalnya: Cerita tersebut dari awal sejak Kancil berjalan-jalan ke pesawahan dan ladang sekitar hutan. Kebetulan dia melewati sebuah ladang timun milik seorang petani. Dia melihat adanya timun yang sangat segar, walau sore hari masih cukup terlihat jelas timun-timun tersebut. Banyak lagi jumlahnya. (Sampai disini Si Anak yang mendengar cerita tersebut sudah mulai mengantuk). Pada posisi ini mungkin gelombang otaknya sudah pada kondisi Theta dalam.

Lalu cerita dilanjutkan. Si Kancil mulai berfikir culas, untuk mencuri timun-timun itu. Toh Pak Tani yang menanam sudah pulang ke rumah. Lalu dia masuk, melalui salah satu celah pagar yang cukup besar, dan segera mendapati timun yang segar-segar.

"Wah luar biasa, enak dan segar timu ini", kata Kancil.
"Ternyata mencuri, tetap terasa enak dan segar. Tidak usah bayar lagi. Nikmatnya!", lanjutnya. (Pada saat cerita sampai disini, Anak yang sudah mengantuk sekali, dan lalu tertidur). Sehingga tidak mendengar lagi cerita sambungannya. Bagaimana Kancil, terjebak perangkap oleh Pak Tani.

Ingat !!! Informasi (bisa jadi sugesti) yang kuat masuk ke anak tadi saat terakhir sebelum dia tidur, misal: "Ternyata mencuri, tetap terasa enak dan segar. Tidak usah bayar lagi. Nikmatnya!".

Bagaimana kalau pada bagian itu menjadi sebuah keyakinan yang tertanam?
Dan memang secara otomatis, hal ini tertanam. Walau orang tua atau siapa saja, juga menanamkan hal yang lebih baik dan positif, untuk memberikan kekuatan kontra terhadap keyakinan negatif atau buruk. Namun alangkah lebih baik, jika tidak ada sedikitpun keyakinan negatif yang masuk, atau setidaknya diminimalkan.

So, bagaimana solusinya?

Okey, jadi saat memberikan cerita kepada anak menjelang tidur, ceritakan dengan posisi duduk berhadapan dengan anak. Ceritakan sebaik mungkin dengan expresi dan fisiologis terbaik. Ini sekaligus mengajarkan pola komunikasi yang totalitas.

Selesaikan ceritanya, berikan resume cerita dan pesan yang bisa diterima, berdasar cerita tersebut.

Akhiri pesan agar senantiasa berdoa, bersyukur, pasrah diri dan mengingat Tuhan menjelang tidur. Baru kita persilahkan anak kita tidur dengan baik.



*****
Ref: www.roemahnlp.com



Ditulis Oleh : Wahyu Winoto, S.Pd. Hari: 2:13:00 AM Kategori:

0 komentar: