Rambu Solo vs Katakombe (Ritual Pemakaman di Tana Toraja dan di Palermo, Sisilia - Italia)

Rambu Solo vs Katakombe (Ritual Pemakaman di Tana Toraja dan di Palermo, Sisilia - Italia)


- Rambu Solo, ritual kematian di Tana Toraja

Bagi masyarakat Tana Toraja,kematian seseorang belum sempurna bila upacara Rambu Solo belum digelar. Ritual kematian amat melekat dalam tradisi masyarakat Tana Toraja. Bagi mereka dan banyak suku lain di negeri ini, kepergian seseorang menghadap Sang Pencipta merupakan sesuatu yang sakral, sehingga keluarga yang masih hidup pun memiliki “kewajiban” untuk menggelar upacara.
Menurut keyakinan masyarakat Toraja, bila seseorang meninggal, orang tersebut ibarat tengah sakit dan akan er bebas bila upacara Rambu Solo telah digelar.



Masyarakat Toraja memakamkan jenazah leluhurnya di pekuburan tebing berbatu dan patung-patung (tau-tau). Mereka percaya, makin tinggi jenazah dikuburkan, makin cepat pula arwahnya bertemu dengan Puang Matua (Tuhan), satu dari tiga kekuatan yang wajib disembah pemeluk Aluk Todolo selain Deata-Deata (penguasa dan pemelihara bumi) dan To Membali Puang (arwah leluhur yang telah menjelma menjadi dewa). Tingginya tempat penguburan juga menunjukkan makin tingginya status sosial orang tersebut di kalangan masyarakat Toraja.


- Prosesi Mayat Berjalan di Tana Toraja !

Konon disebuah gua di desa Sillanang sedjak tahun 1905 telah ditemukan majat manusia jang utuh, tidak busuk sampai sekarang. Majat itu tidak dibalsem seperti jang dilakukan orang-orang Mesir Purba bahkan tidak diberi ramuan apapun. Tapi bisa tetap utuh. Menurut pendapat Tampubolon, kemungkinan ada sematjam zat digua itu jang chasiatnja bisa mengawetkan majat manusia. Kalau sadja ada ahli geologi dan kimia jang mau membuang waktu menjelidiki tempat itu, agaknja teka teki gua Sillanang dapat dipetjahkan. Di samping majat jang anti husuk, ada pula majat manusia jang bisa berdjalan diatas kedua kakinja, bagaikan orang hidup jang tidak kurang suatu apa.



Kalau mau ditjari djuga perbedaannja, ada, tapi tidak begitu kentara. Konon menurut Tampubolon, sang majat berdjalan kaku dan agak tersentak-sentak. Dan dalam perdjalanan itu ia tidak bisa sendirian, harus ditemani oleh satu orang hidup jang mengawalnja, sampai ketudjuan achir jaitu rumahnja sendiri.

Mengapa harus demikian?

Tjeritanja begini. Orang-orang Toradja biasa mendjeladjah daerahnja jang bergunung-gunung dan banjak tjeruk itu hanja dengan berdjalan kaki. Dari zaman purba sampai sekarang tetap begitu. Mereka tidak mengenal pedati, delman, gerobak atau jang sematjamnja. Nah dalam perdjalanan jang berat itu kemungkinan djatuh sakit dan mati selalu ada.

Supaja majat tidak sampai ditinggal didaerah jang tidak dikenal (orang Toradja menghormati roh setiap orang jang meninggal) dan djuga supaja ia tidak menjusahkan manusia lainnja (akan sangat tidak mungkin menggotong terus-menerus djenazah sepandjang perdjalanan jang makan waktu berhari-hari), maka dengan satu ilmu gaib, mungkin sedjenis hipnotisme menurut istilah saman sekarang, majat diharuskan pulang berdjalan kaki dan baru berhenti bila ia sudah meletakkan badannja didalam rumahnja sendiri.

Dan bajangkan sadja, majat itu tahu arah djalan, dan tahu jang mana rumahnja! Kendati demikian masih ada satu pantangan: majat jang berdjalan itu tidak boleh disentuh. Mungkin kalau disentuh mukdjizat jang menjunglapnja dengan serta merta hilang.


- Penguburan katakombe (catacombs) di palermo sisilia italia selatan.

Katakombe berisi sekitar 8000 mumi yang ditempatkan di dinding bangunan. ruangan dibagi dalam beberapa kategori : Pria, wanita, anak anak, tokoh agama dan kaum profesional. beberapa jasad terawetkan dengan baik beberapa diantaranya diatur dalam berbagai pose seperti ibu dan anak berdiri bersama. sebagian besar jasad digantung didinding bangunan.



Catacombs adalah lorong jalanan di bawah tanah yang dibuat manusia, dalam sejarahnya digunakan sebagai tempat perlindungan selama perang, sebagai tempat pemujaan dan pekuburan.

Berkunjung ke Palermo dan ingin menyaksikan yang aneh dan mengerikan, maka Catacombe dei Cappuccini yang harus dilihat. Mengunjungi mummi dan melihat tampilannya akan menimbulkan suatu refleksi tentang arti dari kematian.Catacombs yang angker ini dibangun setelah kematian Silvestro dari Gubbio, pastor yang terkenal pada abad ke-16 . Empat koridor panjang limestone di bawah Gereja Capuchin tersimpan mumi, berdiri dan berjejer dengan mengenakan pakaian terbaik mereka menutupi leher hingga kaki mereka. Pengunjung dapat berkelana dalam ruang yang dibagi ke dalam kategori yang meliputi: Laki-laki, Perempuan, Perawan, Anak, Imam, dan profesional.

Orang terkenal dikuburkan di catacombs antara lain : Kolonel Enea DiGuiliano (mengenakan seragam French Bourbon), ahli bedah Salvatore Manzella, sculptor Lorenzo Marabitti , sculptor Filipo Pennino, anak seorang raja dari Tunisia dan pelukis Allegedly Velázquez (?).

Pangeran Giuseppe Tomasi dari Lampedusa kadang-kadang dikatakan disemayamkan di catacombs, tetapi sebenarnya dikuburkan di pemakaman di sebelahnya.

Mumi berpakaian mewah, dengan posisi kepala tertunduk posisi berdoa, sekarang agak rusak. Banyak dari almarhum menulis keinginannya yang menentukan pakaian yang digunakan untuk mengubur mereka, dan bahkan beberapa diantaranya memintakan untuk merubah pakaiannya selama periode waktu tertentu.

Pada 1599, rahib Capuchin menemukan suatu balsem misterius yang mengawetkan orang mati dan disimpan di catacombs. Akibatnya, lebih dari 8.000 lapisan masyarakat Sicilia lebih memilih untuk dikubur di sini.Mayat terakhir yang dikubur di sini adalah Rosalia

Lombardo (2 tahun), yang mati pada tahun 1920. Tersimpan dalam peti marmer yang dilapisi kaca, merupakan tampilan yang paling sempurna. Tampak masih awet sehingga disebut “Sleeping Beauty of Palermo”. Dia dibalsem oleh ayahnya Profesor Alfredo Salafia, seorang ahli farmasi Italia, sayangnya dia meninggal tanpa menuliskan proses pembalseman ini. Kini, menjadi suatu obyek yang sangat menarik bagi para peneliti untuk menemukan proses membuat mumi.“Ini merupakan tujuan utama turis, tetapi fasilitas kami tidak lagi mampu menyambut begitu banyak,” kata Bapa Calogero Peri. “Hal ini kami sangat langka warisan yang harus kami terbuka hingga akademisi dari seluruh dunia,” tambahnya.

Setelah empat abab berlalu, kini situs ini mendapatkan program pemulihan yang dibiayai oleh Uni Eropa untuk melestarikan mumi ini. Situs ini akan diperlengkapi dengan elevator, sistem bahaya kebakaran, closed-circuit television camera, dan pelataran dari kaca yang akan memisahkan para pengunjung dengan mumi.


(Ref: Dari berbagai sumber)



Ditulis Oleh : Wahyu Winoto, S.Pd. Hari: 4:24:00 AM Kategori:

0 komentar: